EKONOMI - Wabah corona virus yang telah menyebar ke banyak negara disebut bisa menekan perekonomian China.
Hal ini karena produksi pabrik-pabrik besar berhenti, perusahaan kecil sampai menengah juga mencatatkan kinerja yang buruk akibat corona.
"Ekonomi China memang akan sangat buruk," kata ahli strategi Societe Generale, Kit Juckes dikutip dari CNN Business, Kamis (5/3/2020).
Dia mengungkapkan, penghentian produksi memang dilakukan sebagai langkah pemerintah untuk menahan laju penyebaran virus di tempat-tempat kerja.
Kepala ekonom ANZ untuk China, Raymond Yeung menyebutkan langkah ini memang menghambat kegiatan ekonomi China, namun efektif untuk mencegah penyebaran virus dan keselamatan masyarakat.
ABInBEv (BUD) mencatat akibat penutupan produksi, perusahaan mencatat kerugian US$ 285 juta untuk periode Januari-Februari. Kemudian pabrik perakit iPhone, Foxconn, juga mengaku pasrah jika produksi belum bisa kembali normal pada akhir Maret.
Kepala ekonom Macquarie Group, Larry Hu mengungkapkan hal ini merupakan penurunan ekonomi yang terbesar sepanjang sejarah. Data-data produksi menunjukkan penurunan drastis. Bahkan Larry memproyeksi perekonomian China bisa berada di kisaran 4% lebih rendah dibandingkan periode akhir 2019 di level 6%."Ada kemungkinan pemerintah bisa melaporkan pertumbuhan ekonomi yang negatif pada kuartal I, ini pertama kalinya," jelas dia.
Dia menyebut ekonomi China pernah mengalami kontraksi hingga 1,6% pada 1976, ketika kematian pemimpin Partai Komunis Mao Zedong. Namun setelah 1978 ekonomi China booming dan tumbuh hingga rata-rata 9,4%.
Menurut Hu, China diprediksi akan memberikan banyak kebijakan untuk membantu perekonomian namun jangan berharap stimulus dalam waktu dekat.
0 komentar:
Posting Komentar