Saat itu ia sudah diwanti-wanti oleh dokter bahwa dalam waktu dekat tubuhnya akan lumpuh dan ia hanya bisa terduduk di kursi roda, mungkin untuk seumur hidupnya.
National Institutes of Health menyebut kondisi ini mengakibatkan kerusakan pada sistem saraf dan koordinasi otot dari waktu ke waktu.
Apa yang dikhawatirkan oleh Tiffany dan keluarganya itu pun terjadi juga, tepatnya pada saat kelulusannya dari perguruan tinggi.
Namun Tiffany tak mau berdiam diri. Ia tetap melatih fisiknya di sebuah gym CrossFit lokal bersama sang ibu, Joan. Tiffany mendaftar untuk melatih kekuatan tubuh atasnya, sedangkan sang ibu membantunya. Agen Bola Terpercaya
Hingga tahun lalu, Tiffany memberanikan diri untuk mengatakan kepada pelatihnya, Sonia Caldas jika ia ingin ambil bagian dalam sebuah ajang triathlon.
Sayangnya di tengah-tengah latihan, otot bahu Tiffany patah. Kondisi ini tidak menyurutkan semangatnya, namun sang pelatih dan suaminya, Jason berinisiatif memberikan dukungan lain agar Tiffany tetap bisa ikut serta dalam ajang tersebut.
Baca juga : Lamborghini Lahirkan Pesaing Tesla Model X?
Kebetulan saat itu menjelang perlombaan Spartan Race yang diselenggarakan di dekat Boston. Sonia dan Caldas kemudian menawari anggota gym mereka yang berkenan untuk membantu Tiffany. Tak disangka dalam waktu singkat, ada 4 orang yang mendaftar, belum termasuk Jason.
Spartan Race ini akhirnya digelar pada awal Juni lalu. Tiffany dibantu lima orang, di antaranya Jason, Haley Chakalos, Carrissa Ayoub, Bill McSweeney dan Arvin McGowan berupaya menyelesaikan seluruh tantangan seperti menyeberangi lautan api, merangkak di bawah kawat dan menyeberangi sungai.
Untuk memudahkan mobilitas Tiffany, kelima anggota tim menggunakan harness atau tali khusus yang dihubungkan ke kursi roda Tiffany. Menariknya, pada awalnya tak ada yang tahu tantangan apa saja yang akan mereka hadapi saat perlombaan. Agen Casino Terbaik
"Ketika kami baru mulai, rasanya sangat lambat dan kami seolah kewalahan. Kami sempat berpikir tak dapat menyelesaikannya," tutur Jason.
Padahal dalam situs perlombaan disebutkan, akan ada 20-23 tantangan yang harus dilalui peserta dalam perlombaan yang menempuh jarak sejauh 5-8 km. Namun dengan tekad yang kuat dan ketelatenan, mereka akhirnya dapat melalui seluruh tantangan yang ada.
Baca juga : KR-Prodem Nilai Jaksa Agung Layak Masuk Dafar Reshuffle
Mereka juga menciptakan sebuah sistem untuk bergantian mengangkat Tiffany berikut kursi rodanya dalam setiap tantangan. Ketika dua-tiga orang bertugas, maka anggota tim lainnya akan beristirahat, begitu seterusnya sampai semua tantangan terlewati.
Bahkan untuk tantangan yang tidak bisa diselesaikan Tiffany, kelima orang ini bergantian menjalani penalti untuk gadis berusia 27 tahun itu. Tak peduli meski Tiffany bersikeras untuk menanggungnya sendiri.
"Mereka sungguh luar biasa, apa yang mereka lakukan untuk putriku," kata Joan yang ikut mendampingi tim tersebut sekaligus sebagai fotografer.
Akhirnya perlombaan berhasil diselesaikan dalam kurun waktu lima jam. Meski bukan yang tercepat, mereka mengaku bangga dengan pencapaian ini. "Kendati awalnya terasa seperti sesuatu yang paling berat untuk saya, tetapi di akhir ini jadi hal yang paling membanggakan yang pernah saya lakukan," tegas Jason. Agen Poker Terbesar Indonesia
Tak hanya itu, keikutsertaan Tiffany juga menginspirasi penyelenggara perlombaan serta peserta lainnya.
Tiffany sendiri masih ingin mengikuti perlombaan triathlon tahun depan. Gadis asal Bridgewater, Massachusetts itu pun turut ambil bagian dalam perlombaan sepeda untuk menggalang dana bagi riset terkait pengobatan Friedreich's ataxia.
"Saya kira ia ingin membuktikan kepada dirinya sendiri bahwa ia masih bisa melakukan sesuatu," imbuh Joan seperti dilaporkan ABC News.
sumber
0 komentar:
Posting Komentar